Minggu, 30 Juli 2017

kecerdasan spritual



Pengertian Kecerdasan Spiritual Ciri SQ Definisi Menurut Para Ahli
Pengertian Kecerdasan Spiritual -Kecerdasan spritual tersusun dalam dua kata yaitu “kecerdasan” dan “spiritual”.Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, terutama masalah yang menuntut kemampuan fikiran. Berbagai batasan-batasan yang dikemukakan oleh para ahli didasarkan pada teorinya masing-masing. (Munandir, Ensiklopedia Pendidikan,  (Malang: UM Press, 2001), hal 122). Intelegence dapat pula diartikan sebagai kemampuan yang berhubungan dengan abstraksi-abstraksi, kemampuan mempelajari sesuatu, kemampuan menangani situasi-situasi baru. ( Kartini Kartono, & Dali Gulo, Kamus Psikologi (Bandung: Pioner Jaya, 2000), hal 233)

Judul
 Pengertian Kecerdasan Spiritual, Ciri SQ Definisi Menurut Para Ahli
Spiritual adalah
 dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. Ia memberi arah dan arti bagi kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya kekuatan non fisik yang lebih besar dari pada kekuatan diri kita; Suatu kesadaran yang menghubungkan kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang kita namakan sebagai sumber keberadaan kita. ( Mimi Doe & Marsha Walch, 10 Prinsip Spiritual Parenting: Bagaimana Menumbuhkan dan Merawat Sukma Anak Anda. (Bandung: Kaifa, 2001), hal 20)   Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani, batin, mental, moral. ( Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1989), hal 857)

Jadi berdasarkan arti dari dua kata tersebut kerdasan spiritual dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan nilai, batin, dan kejiwaan. Kecerdasan ini terutama berkaitan dengan abstraksi pada suatu hal di luar kekuatan manusia yaitu kekuatan penggerak kehidupan dan semesta.

Zohar dan Marshal mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dari pada yang lain.
 (Danah Zohar dan Ian Marshal,. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spritual dalam Berfikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. (Bandung: Mizan, 2001), hal 4)

Kecerdasan spiritual menurut Khalil A Khavari di definisikan sebagai fakultas dimensi non-material kita atau jiwa manusia. Ia menyebutnya sebagai intan yang belum terasah dan dimiliki oleh setiap insan. Kita harus mengenali seperti adanya, menggosoknya sehingga mengkilap dengan tekat yang besar, menggunakannya  menuju kearifan, dan untuk mencapai  kebahagiaan yang abadi. (Sukidi. Rahasia Sukses Hidup Bahagia, Mengapa SQ Lebih Penting dari pada IQ dan EQ. (Jakarta: Gramedia, 2004), hal 77)

Kecerdasan spiritual menurut Stephen R. Covey adalah pusat paling mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena dia menjadi sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual mewakili kerinduan akan makna dan hubungan dengan yang tak terbatas.(Stephen R. Covey, The8th Habit: Melampaui Efektifitas, Menggapai Keagungan, (Jakarta: PT Gramedia pustaka utama. 2005), hal 79)

Menurut Tony Buzan kecerdasan spiritual adalah yang berkaitan dengan menjadi bagian dari rancangan segala sesuatu yang lebih besar, meliputi “melihat suatu gambaran secara menyeluruh”.( Tony Buzan, Head First, 10 Cara Memanfaatkan 99% Dari Kehebatan Otak Anda Yang Selama Ini Belum Pernah Anda Gunakan,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal 80)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai, moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan. Sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan hidup lebih positif dengan penuh kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang hakiki.


Lima karakteristik orang yang cerdas secara spiritual menurut Roberts A. Emmons (dalam Juita), The Psychology of Ultimate Concerns:
1.                   Kemampuan untuk mentransendensikan  yang  fisik dan  material.
2.                   Kemampuan untuk mengalami tingkat  kesadaran yang memuncak.
3.                   Kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari.
4.                   Kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual untuk menyelesaikan masalah.
5.                   Kemampuan untuk berbuat baik.

Dua  karakteristik  yang  pertama sering disebut sebagai komponen inti kecerdasan spiritual. Anak yang merasakan kehadiran Tuhan atau makhluk ruhaniyah di sekitarnya mengalami transendensi fisikal dan material. Ia  memasuki dunia spiritual. Ia mencapai kesadaran kosmis yang menggabungkan dia dengan seluruh alam semesta. Ia merasa bahwa alamnya tidak terbatas pada apa yang disaksikan dengan alat-alat indrianya.

Ciri yang ketiga yaitu sanktifikasi pengalaman sehari-hari akan terjadi ketika kita meletakkan pekerjaan biasa dalam tujuan yang agung. Misalnya: Seorang wartawan bertemu dengan dua orang pekerja yang sedang  mengangkut  batu-bata. Salah seorang di antara mereka bekerja dengan  muka  cemberut, masam, dan tampak kelelahan. Kawannya justru bekerja dengan  ceria, gembira, penuh semangat. Ia tampak tidak kecapaian. Kepada keduanya ditanyakan pertanyaan yang sama, “Apa yang sedang Anda  kerjakan? “Yang cemberut menjawab, “Saya sedang menumpuk batu.”Yang ceria berkata, “Saya sedang membangun katedral!” Yang kedua  telah  mengangkat  pekerjaan “menumpuk bata” pada dataran makna yang lebih luhur. Ia telah melakukan sanktifikasi.

Orang yang cerdas secara spiritual tidak memecahkan persoalan hidup hanya  secara rasional atau emosional saja. Ia menghubungkannya dengan makna  kehidupan secara spiritual yaitu melakukan hubungan dengan pengatur kehidupan. Contoh: Seorang anak diberitahu bahwa orang tuanya tidak akan  sanggup menyekolahkannya ke Jerman, ia tidak putus asa. Ia yakin bahwa  kalau orang itu bersungguh-sungguh dan minta pertolongan kepada Tuhan, ia  akan diberi jalan. Bukankah Tuhan berfirman, “Orang-orang yang  bersungguh-sungguh dijalan  Kami, Kami akan berikan kepadanya jalan-jalan Kami”? anak tersebut memiliki karakteristik  yang keempat.
 

Tetapi anak tersebut juga menampakkan karakteristik yang ke lima memiliki rasa kasih yang tinggi pada sesama makhluk. Tuhan. Memberi maaf, bersyukur atau mengungkapkan terimakasih, bersikap  rendah  hati, menunjukkan kasih sayang dan  kearifan, hanyalah sebagian dari kebajikan. Karakteristik terakhir ini mungkin disimpulkan  Muhammad saw, “Amal paling utama ialah engkau masukkan rasa bahagia pada sesama manusia.”
 (Leny Juwita, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak, (online), ( www.mail-archive.com/airputih@yahoogroup.com, artikel lepas Yayasan Muthahari, Akses 21:99 Kamis 14 Desember 2006)

Zohar & Marshaall mengindikasikan tanda dari SQ yang telah berkembang dengan baik mencangkup hal berikut:
1.                   Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif).
2.                   Tingkat kesadaran yang tinggi.
3.                   Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
4.                   Kemanpuan untuk menghadapi dan melampui rasa sakit.
5.                   Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai.
6.                   Keengganan untuk untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.
7.                   Kecenderungan untuk melihat ketertarikan antara berbagai hal (holistik view).
8.                   Kecenderungan untuk bertanya untuk mencari jawaban yang mendasar.
9.                   Bertanggung jawab untuk membawakan visi dan dan nilai yang lebih tinggi pada orang lain.

Seorang yang tinggi SQ-nya cenderung menjadi menjadi seorang pemimpin yang penuh pengabdian - yaitu seorang yang bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi terhadap orang lain, ia dapat memberikan inspirasi terhadap orang lain.
( Danah Zohar Dan Ian Marshal, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spritual., hal, 14)
Sejalan dengan Covey yang menerangkan bahwa; Setiap pribadi yang menjadi mandiri, proaktif, berpusat pada prinsip yang benar, digerakkan oleh nilai dan mampu mengaplikasikan dengan integritas, maka ia pun dapat membangun hungungan saling tergantung, kaya, langgeng, dan sangat produktif dengan orang lain.
 (Stephen R. Covey,.the 7 Habit of Highly Effective People  (Jakarta: Binapura Aksara, 1997), hal 180-181)
Mahayana menyebutkan beberapa ciri orang yang mempunyai kecerdasan spritual yang tinggi:
1.    Memiliki prinsip dan visi yang kuat
Prinsip adalah kebenaran yang dalam dan mendasar ia sebagai pedoman berperilaku  yang mempunyai nilai yang langgeng dan produktif.  Prinsip manusia secara jelas tidak akan berubah, yang berubah adalah cara kita mengerti dan melihat prinsip tersebut. Semakin banyak kita tahu mengenai prinsip yang benar semakin besar kebebasan pribadi kita untuk bertindak dengan bijaksana.
 

Paradigma adalah sumber dari semua tingkah laku dan sikap, dengan menempatkan kita pada prinsip yang benar dan mendasar maka kita juga menciptakan peta atau paradigma mendasar mengenai hidup yang benar, dan pada ujung-ujungnya adalah hidup yang efektif.
 (Ibid, 113-114)

Mengenai prinsip ini Agustian lebih mempertegas apa saja prinsip-prinsip itu. Ini adalah prinsip yang lama dicari oleh manusia, ilmuan dan sebagainya. Ia mengemukakan bahwa orang memiliki emosi positif dan sebagainya karena sifat / karakternya, dan karakter yang paling berhasil sepanjang sejarah kehidupan manusia adalah karakter yang abadi, terus dicari, dan seakan menimblkan tarikan grafitasi mengenai dinamika perilaku manusia sepanjang zaman. Adapun sifat tersebut setelah lama di cari oleh ilmuan dan mereka lukiskan sebagai karakter CEO tidak lain adalah asmaul husna yang 99. Prinsip ini menurut Agustian telah tertamam dalam diri manusia dan seakan terekam sebagai Chip yang akan menjadi dinamika perilaku dan kepribadian manusia.
 (Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun ESQ Power., hal 87-95)

2.    Kesatuan dan keragaman
Seorang dengan spiritualitas yang tinggi mampu melihat ketunggalan dalam keragaman. Ia adalah prinsip yang mendasari SQ, sebagaimana Tony Buzan dan Zohar menjelaskan pada pemaparan yang telah disebutkan diatas. Tony Buzan mengatakan bahwa “kecerdasan spiritual meliputi melihat gambaran yang menyeluruh, ia termotivasi oleh nilai pribadi yang mencangkup usaha menjangkau sesuatu selain kepentingan pribadi demi kepentingan masyarakat”.
 (Tony Buzan, Head First., hal 80)

3.    Memaknai
Makna bersifat substansial, berdimensi spiritual. Makna adalah penentu identitas sesuatu yang paling signifikan. Seorang yang memiliki SQ tinggi akan mampu memaknai atau menemukan makna terdalam dari segala sisi kehidupan, baik karunia Tuhan yang berupa kenikmatan atau ujian dari-Nya, ia juga merupakan manifestasi kasih sayang dari-Nya. Ujiannya hanyalah wahana pendewasaan spiritual manusia.

Mengenai hal ini Covey meneguhkan tentang pemaknaan dan respon kita terhadap hidup. Ia mengatakan ”cobalah untuk mengajukan pertanyaan terhadap diri sendiri: Apa yang dituntut situasi hidup saya saat ini; yang yang harus saya lakukan dalam tanggung jawab saya, tugas-tugas saya saai ini; langkah bijaksana yang akan saya ambil?”. Jika kita hidup dengan menjalani hati nurani kita yang berbisik mengenai jawaban atas pertanyaan kita diatas maka, “ruang antara stimulus dan respon menjadi semakin besardan nurani akan makin terdengar jelas”.
 (Stephen R. Covey, The8th Habit.,hal 524)
4.    Kesulitan dan penderitaan
Pelajaran yang paling berarti dalam kehidupan manusia adalah pada waktu ia sadar bahwa itu adalah bagian penting dari substansi yang akan mengisi dan mendewasakan sehingga ia menjadi lebih matang, kuat, dan lebih siap menjalani kehidupan yang penuh rintangan dan penderitaan. Pelajaran tersebut akan menguhkan pribadinya setelah ia dapat menjalani dan berhasil untuk mendapatkan apa maksud terdalam dari pelajaran tadi. Kesulitan akan mengasah menumbuh kembangkan, hingga pada proses pematangan dimensi spiritual manusia. SQ mampu mentransformasikan kesulitan menjadi suatu medan penyempurnaan dan pendidikan spiritual yang bermakna. SQ yang tinggi mampu memajukan seseorang karena pelajaran dari kesulitan dan kepekaan terhadap hati nuraninya.
 (Agus Nggermanto,  Quantum Quotien.,hal 123 -136)

Menurut Khavari terdapat tiga bagian yang dapat kita lihat untuk menguji tingkat kecerdasan spritual seseorang
1.                   Dari sudut pandang spiritual keagamaan (relasi vertikal, hubungan dengan yang Maha Kuasa). Sudut pandang ini akan melihat sejauh manakah tingkat relasi spritual kita dengan Sang Pencipta, Hal ini dapat diukur dari “segi komunikasi dan intensitas spritual individu dengan Tuhannya”. Menifestasinya dapat terlihat dari pada frekwensi do’a, makhluq spritual, kecintaan kepada Tuhan yang bersemayam dalam hati, dan rasa syukur kehadirat-Nya. Khavari lebih menekankan segi ini untuk melakukan pengukuran tingkat kecerdasan spritual, karena ”apabila keharmonisan hubungan dan relasi spritual keagamaan seseorang semakin tinggi maka semakin tinggi pula tingkat kualitas kecerdasan spritualnya”.
2.                   Dari sudut pandang relasi sosial-keagamaan. Sudut pandang ini melihat konsekwensi psikologis spritual-keagamaan terhadap sikap sosial yang menekankan segi kebersamaan dan kesejahteraan sosial. Kecerdasan spiritual akan tercermin pada ikatan kekeluargaan antar sesama, peka terhadap kesejahteraan orang lain dan makhluk hidup lain, bersikap dermawan. Perilaku marupakan manifestasi dari keadaan jiwa, maka kecerdasan spritual yang ada dalam diri individu akan termanifestasi dalam perilakunya. Dalam hal ini SQ akan termanifestasi dalam sikap sosial. Jadi kecerdasan ini tidak hanya berurusan dengan ke-Tuhanan atau masalah spiritual, namun akan mempengaruhi pada aspek yang lebih luas terutama hubungan antar manusia.
3.                   Dari sudut pandang etika sosial. Sudut pandang ini dapat menggambarkan tingkat etika sosial sebagai manifestasi dari kualitas kecerdasan spiritual. Semakin tinggi tingkat kecerdasan spritualnya semakin tinggi pula etika sosialnya. Hal ini tercermin dari ketaatan seseorang pada etika dan moral, jujur, dapat dipercaya, sopan, toleran, dan anti terhadap kekerasan. Dengan kecerdasan spritual maka individu dapat menghayati arti dari pentingnya sopan santun, toleran, dan beradap dalam hidup. Hal ini menjadi panggilan intrinsik dalam etika sosial, karena sepenuhnya kita sadar bahwa ada makna simbolik kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari yang selalu mengawasi atau melihat kita di dalam diri kita maupun gerak-gerik kita, dimana pun dan kapan pun, apa lagi kaum beragama, inti dari agama adalah moral dan etika. (Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia., hal 80-85)


Dalam Artikel Maklaah Pengertian Kecerdasan Spritual Ciri SQ Definisi Menurut Para Ahlimenggunakan footnote sebagai referensi semoga bermanfaat untuk anda semua.

pengertian kecerdasan emosional



  Pengertian Kecerdasan Emosional
Sebelum menginjak pada definisi atau pengertian kecerdasan emosional terlebih dahulu peneliti akan menjelaskan tentang kecerdasan.
Kecerdasan dalam bahasa Inggris disebut Intelegency sedangkan dalam bahasa Arab disebut al-Dzaki menurut bahasa  pemahaman atau kecakapan dan kesempurnaan sesuatu.[1]
Sedangkan para tokoh barat seperti David Weschler memberikan rumusan tentang kecerdasan sebagai suatu kapasitas umum dari individu untuk bertindak, berfikir rasional, dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif. Gardner mendefinisikan tentang kecerdasan sebagai berikut:
a)      Kecerdasan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
b)      Kecerdasan untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan.
c)      Kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat
       di dalam kehidupannya.[2]
Kecerdasan dapat dipahami dengan kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu. Sering kecerdasan pada anak, diukur dengan angka, sebagai contoh:
saat anak mendapatkan hasil rapor dengan nilai rata-rata 8, maka si anak dianggap sudah memenuhi syarat untuk mendapatkan julukan si anak cerdas.
Kecerdasan tidak hanya meliputi angka yang diperoleh dalam rapor saja. Kecerdasan secara garis besar dibagi menjadi tiga macam, yaitu kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan intelektual.
Kecerdasan spiritual dapat dilihat dari ketaatan anak terhadap agamanya. Misalnya saja, ia tahu kapan waktu beribadah dan tidak menunda waktu ibadah. Kecerdasan emosional mencangkup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan serta kemampuan memotivasi diri. Sementara itu, yang dimaksud kecerdasan intelektual adalah kemampuan otak untuk mengolah dan berpikir kognitif. Yaitu, kecerdasan yang terukur dengan angka-angka sejak mulai belajar, duduk dibangku sekolah hingga tamat sekolah.
Horward Gardner, ahli psikolog merumuskan 9 macam kecerdasan intelektual yang dimiliki manusia, antara lain:



1)        Kecerdasan Logika
Kecerdasan logika hampir sama dengan IQ (Intelligence Quotient). Kemapuan yang dimiliki berhubungan dengan angka-angka atau dengan hal-hal yang lebih rumit. Oleh sebab itu, membutuhkan kecerdasan otak yang tinggi untuk menyelesaikannya.
Contoh:
Si anak menyukai pelajaran berhitung dan progamer daripada pelajaran lainya. Saat disuruh menggambar, ia merasakan kesulitan bahkan ia lebih memilih tidak melakukan sama sekali.
Cara merangsang kecerdasan logika
a.       Tempelkan poster-poster matematika, seperti perkalian, penjumlahan, pengurangan, dan lain-lain.
b.      Ajarkan kepandanya cara berhitung yang menyenangkan dan mudah dilakukan, misalnya dengan jari.
c.       Beri dia alat untuk menghitung seperti sempoa bila ia belum terlalu lancar menghitung.
d.      Belikan komik-komik matematika dan pelajaran lainya untuk mengatasi kelemahannya pada pelajaran lain.
e.       Stimulasi dengan progam komputer yang mengajarkan teknik membaca dengan logis
f.        Jika anda mempunyai waktu luang, ajak anak anda melakukan permainan yang menggunakan logika untuk memenangkannya, misalanya catur, teka-teki,tebak-tebakan, dan lain-lain.
2)        Kecerdasan Verbal
Kecerdasan verbal berhubungan dengan kecerdasan menulis dan berbicara. Ada sebagian anak merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan temannya. Namun, banyak juga yang dengan mudah lancar berkomunikasi dan mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya lewat karya tulis atau melalui pembicaraan.
Anak yang mempunyai segudang prestasi dalam bidang sains atau yang lainnya, belum tentu mempunyai kecerdasan verbal. Anak seperti ini biasanya cenderung memilih berdiam diri di rumah daripada bermain dengan teman-temannya.
Cara merangsang kecerdasan verbal
a.                Ajak anak Anda jalan-jalan ke toko buku untuk menambah rasa ketertarikannya.
b.              Ajarkan padadia bahasa lain atau Anda dapat mengikutkannya untuk les bahasa.
c.               Lengkapi peralatan yang ia butuhkan, misalnya alat tulis, alat perekam, dan komputer.
d.              Beri anak catatan khusus untuk mencatat semua yang ia lakukan agar menjadi sebuah cerita.
e.               Untuk melatih kemampuan bahasanya, gunakan bahasa yang ia pelajari dalam bahasa sehari-sehari atau dua hari seminggu (berapa waktu yang disepakati).
f.                  Mengajak anak bercakap-cakap, membacakan cerita berulang-ulang, merangsang untuk berbicara, dan bercerita serta menyanyikan lagu anak-anak.
3)        Kecerdasan Spasial-Visual
Kecerdasan spasial-visual adalah kecerdasan seseorang dalam menggerakkan tangan dan mengekspresikan pikirannya dalam sebuah gambar dan tata ruang yang sesuai dengan perasaannya.
Biasanya anak menyukai pelajaran menggambar bahkan bercita-cita ingin menjadi pelukis, desainer, arsitek, dan fotografer. Anak juga senang dengan kegiatan visual, misalnya menonton film, slide, foto, dan lain-lain. Dalam belajar anak lebih mudah memahami materi yang ada gambarnya daripada yang tidak.
a.                   Gunakan puzzle untuk melatih otak kanannya atau teka-teki bergambar lainnya.
b.                  Lengkapi alat-alat yang diperlukan, seperti alat tulis atau alat menggambar.
c.                   Berilah ia kebebasan untuk berekspresi, jangan batasi hasil karyanya.
d.                  Jika Anda mempunyai waktu luang ajak dia untuk ikut menata kamarnya.
e.                   Berilah dia perlengkapan tambahan seperti kamera dan teropong.
f.                      Ajarkan padanya cara menggambar di alat lain, yaitu komputer
g.                   Lengkapi komputernya dengan program tiga dimensi seperti permainan balok.
4)        Kecerdasan Musikal
Anak yang memiliki kecerdasan musikal lebih mudah menghafalkan lirik-lirik lagu dan not lagu. Meskipun misalnya lagu itu tidak terlalu terkenal atau tidak banyak orang menyukainya. Cerdas musikal dapat dipengaruhi karena adanya faktor keturunan atau terjadi secara ilmiah karena sang bunda sering melakukan terapi kecerdasan janin dengan musik.
Contoh:
Dinda anak usia 5 tahun telah pandai bermain piano. Meskipun orangtuanya tidak pernah mengajarkannya, Dinda dengan sendirinya hafal not-not nada karena sering melihat ibunya bermain piano sewaktu ia masih kecil.
Cara merangsang kecerdasan musikal
a.       Dalam menghafal pelajaran lain, buatlah lagu-lagu yang berkaitan untuk mengatasi kelemahannya menghafal pelajaran lain.
b.      Beri dia kaset atau CD lagu yang sesuai dengan umurnya.
c.       Lengkapi dengan alat-alat pembelajaran untuk memaksimalkan bakat yang telah dimilikinya agar tersalurkan dengan baik.
d.      Buatlah jadwal bernyanyi bersama keluarga untuk melatih keberanian anak.
e.         Ikut sertakan anak pada kelas musik untuk mengembangkan bakatnya.
f.          Ajaklah anak mendengarkan musik, bernyanyi, dan mengikuti irama dengan tepuk tangan.
Kecerdasan naturalis berkaitan dengan seberapa besar anak mengenal alam. Apa yang akan dia lakukan ketika berbaur dengan alam atau ilmu apa saja yang dapat diambil dari alam. Anak yang memiliki kecerdasan naturalis lebih suka belajar di alam terbuka daripada ruang tertutup.
la akan lebih mudah memahami pelajaran yang diambil dari alam daripada pelajaran-pelajaran yang membutuhkan kerja otak yang tinggi.
Cara merangsang kecerdasan naturalis
a.       Lakukan petulangan seperti outbound saat Anda mempunyai waktu libur.
b.      Ajak ia belajar di alam terbuka agar pelajaran lainnya tidak ketinggalan.
c.       Gunakan benda-benda alam untuk melatih kemampuannya berhitung.
d.      Sediakan CD atau DVD yang mengupas semua tentang isi alam.
e.       Lengkapi perlengkapan seperti alat memancing, alat-alat camping, dan lain-lain.
f.        Jika Anda memiliki sebidang tanah kosong di halaman rumah, ubahlah menjadi kebun mungil atau taman mini untuk inspirasi anak Anda.
6)        Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal sering juga disebut dengan kecerdasan diri, Kecerdasan intrapersonal adalah kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat serta kemampuan membedakan aneka tanda interpersonal dan menanggapinya secara efektif.
namun ada yang berpendapat bahwa cerdas diri berarti dapat memutuskan apa yang dapat dikembangkan dari dalam dirinya, mana yang berpotensi dan mana yang tidak.
Anak yang mempunyai cerdas diri mampu mengenali dirinya dengan baik. Rasa percaya diri dalam dirinya juga sangat kuat. Oleh sebab itu, dia mampu mengembangkan bakatnya dengan mudah.
Contoh:
Ida gadis berusia 7 tahun, ia mampu mengeluarkan pendapatnya tentang masalah-masalah yang ia lihat di lingkungan sekitarnya. Saat ia berjalan bersama mamanya dan melihat sampah-sampah bertumpukan, dengan pedas ia mengkritik, “.Orang-orang yang tinggal di lingkungan ini sangatjorok.”  Mama Ida hanya tersenyum dan memberikan nasihat yang baik, “Jika Ida melihat sampah-sampah berserakan, yang harus Ida lakukan adalah mengumpulkan sampah itu dan membuangnya pada tempatnya.”
Keesokan harinya, Ida mengajak teman-temannya untuk melakukan kerja bakti di tempat yang Ida lihat banyak sampah berserakan. Kegiatan yang dilakukan Ida membuat warga sadar dan berbondong-bondong membantu Ida.
dari pengalaman Ida di atas dapat kita simpulkan, meski tergolong masih anak-anak, kemampuan dia untuk berpolitisi sangat baik, la berhasil mengajak teman-temannya dan warga untuk melakukan kegiatan yang ia usulkan.
a.       Sediakan buku-buku yang menarik minatnya untuk dibaca.
b.      Biarkan dia berprestasi dengan caranya sendiri, tanpa melepaskan peran Anda sebagai pengawas dan penasihat bagi anak Anda.
c.       Planing-kan masa depan untuk mengatasi kelemahannya terhadap pelajaran lainnya.
d.      Doronglah anak agar berani tampil berlomba di ajang tujuh belasan misalnya, atau hal lain seperti bernyanyi atau menari di depan orang lain.
7)        Kecerdasan Sosial
Kecerdasan sosial adalah kecerdasan untuk memahami orang lain dan pandai membawa diri saat berada dalam lingkungan sosial. Beberapa anak mungkin sulit mempunyai kecerdasan sosial. Hal ini dikarenakan setiap anak mempunyai kepribadian yang berbeda, ada yang pendiam, ada yang suka berbicara bahkan ada pula anak yang cenderung pemalu.
Biasanya anak yang memiliki kecerdasan sosial lebih banyak memiliki teman, ia juga pintar memahami masalah yang terjadi dalam lingkungan sosialnya.
Contoh:
Via, Amel, dan Winda adalah tiga sahabat yang hampir setiap saat selalu bersama. Mereka bersahabat mulai dari pertama masuk SD. Sekarang mereka duduk dibangku kelas 3. Selang waktu 3 tahun telah membuat hubungan mereka semakin dekat dan dapat memahami satu sama lain. Saat salah satu di antara mereka mendapatkan masalah, Amellah yang menjadi tempat curahan hati teman-temannya. Dan dengan jawaban yang jujur la selalu memberikan solusi untuk teman-temannya. Tidak hanya dengan teman-temannya,
saat berada di rumah, Amel selalu mengerti jika orangtuanya sedang ada dalam masalah. Jadi, dia memilih menunda meminta sesuatu hingga ia tahu bahwa masalah yang menimpa orangtuanya telah terselesaikan.
a.                   Ajak anak Anda mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di sekolah atau lingkungan tempat tinggal, misalnya kegiatan kerja bakti, bakti sosial, dan lain-lain.
b.                  Berilah dia film anak-anak yang menyimpan makna kebaikan di balik cerita yang panjang dan seru.
c.                   Doronglah anak agar selalu punya waktu untuk bermain dengan anak lain yang sebaya, lebih tua, ataupun lebih muda. Saling berbagi kue, meminjamkan sesuatu dan bekerja sama membuat sesuatu. Saat dia kalah dalam sebuah permainan misalnya, dia akan belajar bagaimana berlapang dada menghadapi kekalahan dan bagaimana bersikap pada teman yang menang.
8)        Kecerdasan Eksistensial
Howard Gardner (Bapak Kecerdasan Ganda) merumuskan kecerdasan ini sebagai kecerdasan yang menaruh perhatian besar pada masalah hidup yang paling utama dan hakiki, seperti hal-hal yang berbau filosofis. Para filsuf dan orang-orang seperti teolog, kiai, pastur, pendeta, biksu, yogi dikategorikan sebagai orang-orang yang sangat menonjol dalam kecerdasan eksistensialnya.
Namun, contoh paling umum dari orang-orang yang memiliki kecerdasan eksistensial yang tinggi adalah mereka yang sering di malam hari duduk di balkon atau serambi rumah dan memandang bintang di langit sembari bertanya di dalam hati, “Kira-kira berapa luasnya jagat raya ini.”Contoh lain saat Anda mengagumi bayi yang masih ada dalam perut istri Anda. Sementara bayangannya tercermin dari layar USG, di dalam hati Anda berkata, “Bagaimana perjalanan hidup anakku, sampai ia sudah sebesar ini?“.
Beberapa tokoh dunia yang memiliki kecerdasan eksistensial yang tinggi, misalnya Vasily Kandinsky, seorang seniman dengan bukunyaConcerning The Spiritual in Art yang mencoba menjelaskan kekuatan pikiran dalam menjelajahi alam mistis dan kosmis. Kemudian jangan lupakan, ahli fisika J. Robert Oppenheimer ketika ia menyaksikan peledakan pertama bom atom, la pun teringat sepenggal bait dari kitabBhagavad Gita mengenai kehancuran alam raya. Sedemikian mengganggunya “kebijakan” Bhagavad Gita memasuki pikiran Oppenheimer menyebabkan ia kelak dicopot dari segala macam jabatan dan akses yang dianggap dapat mengganggu keamanan negaranya.
Jarang sekali ada anak yang memiliki kecerdasan eksistensial. Cara pengembangannya pun tidak seperti kecerdasan-kecerdasan lainnya. Dengan adanya pengalaman dan peristiwa-peristiwa yang dilalui, maka kecerdasan eksistensial juga akan berkembang.
9)        Kecerdasan Kinestik
Kecerdasan kinestik meliputi kemampuan fisik, seperti kecepatan؛kelenturan, kekuatan, dan lain-lain. Anak yang memiliki kecerdasan kinestik lebih sering berprestasi dalam bidang olahraga dan seni tari. Hal ini dikarenakan kedua cabang itu membutuhkan kelenturan dan kekuatan.
Meskipun banyak prestasi diraih dalam kedua cabang itu, dalam cabang lain belum tentu si anak mampu mengikutinya. Bahkan, tak jarang anak mengalami kesulitan.



Contoh:
Adi suka sekali dengan sepak bola, hampir setiap hari dia bermain sepak bola dengan teman-temannya. Tidak dipungkiri kemampuan Adi memang sangat bagus, meskipun ia baru duduk di bangku kelas 5, kemampuannya dapat dibandingkan dengan anak SMA.
Namun, saat pelajaran lain Adi tidak dapat berkonsentrasi. Hal itu menyebabkan nilainya kurang. Sepak bola yang menjadi kegemaran dan keahliannya telah membuyarkan pikirannya.
Dari cerita di atas, perlu diwaspadai agar anak tidak hanya cerdas dalam satu hal. Anak perlu memiliki kecerdasan dalam beberapa bidang. Jika nilai olahraga baik, tetapi nilai akademik kurang, bisa jadi anak tidak dapat naik kelas.
a.         Berikan anak Anda kesempatan untuk memilih bidang yang ia sukai.
b.        Ikutkan anak Anda kelas-kelas pelajaran lain untuk mengatasi kelemahannya di bidang lain.
c.         Lakukan outbond untuk melatih kecepatan, kelenturan, dan kecerdasan dalam memecahkan masalah.
d.        Ajaklah anak berdiri satu kaki seperti burung bangau atau berjongkok seperti kodok. Kegiatan seperti membungkuk, berjalan di atas satu garis, berlari, melompat, melempar, latihan, senam, dan berbagai permainan olahraga lainnya akan membantu kelenturan tubuhnya.
Demikianlah berbagai kecerdasan yang dimiliki manusia telah dibahas secara teoretis. Kecerdasan terkadang menjadi potensi pembeda antara manusia satu dengan manusia lainnya.
Tentunya, akan sangat baik bila masing-masing keunikan (kecerdasan) tersebut dikenali secara dini.[3]
Dari apa yang sudah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah suatu potensi yang dimilki oleh seseorang sebagai bekal dalam kehidupan. 

Logo cvc konawe